Thursday, February 6, 2014

Lahirnya The Crime Buster BAB 19

BAB 19

Di pagi hari yang cerah dihiasi oleh indahnya suara-suara burung jalak yang digantungkan dekat jendela rumah Ricky. Seorang tukang loper koran melempar koran ke rumah Ricky. Ia pun mengambil koran, dan duduk sambil membaca koran. Spontan ia kaget melihat gambar E-Man sambil memeluk Roselina pada halaman pertama dengan judul besart “E-Man Sang Pahlawan”.


“Brakk…..”, Ricky melemparkan koran yang telah dibacanya. E-Man….! Gara kau, aku tak bisa mendekati Roselina…”, Ricky geram dan penuh kebencian terhadap E-Man.

Di tempat yang tidak jauh dari rumah Ricky, Roselina terbelalak melihat sampul majalah PELANGI CINTA, gambarnya terpampang begitu jelas sedang mencium bibir E-Man pada sampul utama majalah. Roselina heran bukan karena dia berciuman dengan E-Man, namun yang menjadi penasaran baginya bagaimana bisa orang lain mengabadikan aksi tersebut di atas awan. Akhirnya ia sadar, dan berpikir bahwa itu pasti diabadikan salah satu penumpang dari pesawat Anduhur Airways dengan menggunakan kamera yang berskala tinggi.

Majalah Pelangi Cinta tidak hanya dibaca oleh Roselina, Christine juga membacanya seraya berbaring di sofa ruang tamu. Dia sedikit kaget dan cemburu.

“E-Man, Roselina…! Hmmm…, kenapa aku cemburu ya…”, ujar Christine dalam hati.

“Tidak. Aku tidak boleh cemburu…”, katanya dengan tegas. “kan ada Mario…, tapi…”, Christine cemberut.

“Apakah dia mau samaku. Aku sudah mengatakan isi hatiku semalam…”, sambungnya agak resah. “Mmmm, tak apalah. Mungkin ini masih awal, secara aku masih sedih atas kepergian Rogan dan juga tindakannya”, gumamnya dalam hati teringat akan almarhum kekasihnya.

Sepertinya Christine penasaran dengan suara E-Man yang mirip dengan suara Mario.

“Hmmm, suara E-Man mirip dengan Mario…”, ujarnya dalam hati. “Cara E-Man memanggil namaku mirip dengan cara memanggil Mario”, ia teringat akan E-Man dan Mario memanggil namanya.

“Ah, tidak mungkin…”, Christine memastikan bahwa Mario bukan E-Man.

Di jalan raya tidak jauh dari Diamond Tapanuli Hotel, sambil membaca koran, Roy berbicara tentang E-Man kepada Boby.

“Hmmm, hebat ya E-Man ini. Siapa sebenarnya dia ya…”, tanyanya kepada Boby.

“Manalah kutahu, bro. Kalau kutahu, aku pun ikut terkenal…”, jawab Boby sambil berjalan dengan memandangi hotel tersebut yang masih dibatasi dengan garis polisi.

Roy dan Boby berhenti setelah mereka berjumpa dengan Andi, Jenny, dan Ani. Mereka semua masuk ke sebuah restoran yang sederhana.

Seketika itu juga berita tentang aksi Electric-Man menyebar begitu cepat dan menjadi topik utama pembicaraan masyarakat, baik di berbagai media elektronik, media cetak, dan juga media dunia maya.

Walikota sendiri, komandan KOPASUS TNI-AD, PIN dan Kolonel Yanto masih penasaran akan kehadiran E-Man, namun mereka senang atas aksi kepahlawanan yang dilakukannya dan kagum akan kehebatannya.

Sementara E-Man sibuk melakukan aksi heriok di setiap kota Tarutung untuk menumpas berbagai jenis kejahatan, dan juga beraksi memantau kota-kota atau daerah-daerah lainnya. Aksi-aksi E-Man pun semakin banyak diberitakan setelah melakukan berbagai tindakan heroik.

“Whusss….whuss…!”

“Whuss…whuss…!”

E-Man terbang tinggi melesat menembus langit malam, dan bersorak keras : “Aku adalah E-Man, Electric-Man. Si manusia listrik…!”


“DGUDUGG…! DUAR…!”

Dengan tenaga listrik, tubuh E-Man mengeluarkan suara halilantar yang menggelegar.

Lahirnya The Cream Buster BAB 18

BAB 18

Christine menceritakan semua kesedihan kepada Roselina dan menyatakan bahwa kekasihnya Rogan adalah penjahat atau anggota teroris. Roselina hanya bisa menghibur hati Christine. Ayahnya pun ikut menghibur putrinya.

Saat Roselina hendak berjalan menuju bus mereka Ricky dan yang lainnya mendekat dan menyalaminya.

“Rose, kau tak apa-apa, kan”, tanya Ricky.

“Hmmm…, aku baik-baik saja…”, jawab Roselina cuek.

“Oooiii…, semuanya…”, sorak Mario yang baru saja keluar dari persembunyiannya. “Apa yang terjadi di sini”, tanya Mario pura-pura tidak tahu.

“Panjang ceritanya…”, jawab Roselina setengah senang dan setengah cuek.

“Kau dari mana saja, Mario”, tanya Roy.

“Ada panggilan dari kantor, tadi…”, jawab Mario berbohong.

“Eh, Mario…”, Christine merasa senang atas kehadiran Mario.

“Eh, Chris…”, menoleh ke arah Chirstine dan langsung menyalamnya.

Akibat tindakan Mario, Roselina jadi cemburu karena di hatinya masih rasa terhadap Mario meski pun hatinya mulai terpaut kepada E-Man. Roselina pura-pura tak acuh, dan mengajak teman-temannya masuk ke bus. Mario merasa sedikit kesal atas tindakan Roselina yang tidak perduli padanya.

“Teman-teman, kita balik saja…”, ajaknya kepada Roy dan teman-temannya.


“Mario, apa kamu tidak ikut…”, tanya Roy setelah dia berada di pintu kedua bus.

“Oh…! Maaf, aku harus ke kampung karena ada yang harus kukerjakan…”, jawab Mario berbohong namun sedikit kesal.

“Okelah kalau begitu…”, balas Roy agak kesal dengan jawaban Mario.

Mereka pun akhirnya masuk ke bus, dan bus meninggalkan lokasi hotel. Namun kekesalan Mario juga belum hilang karena Roselina tidak perduli dengannya. Sementar Christine dan ayahnya senang bertemu kembali dengan Mario.

Di dalam bus, Roselina dibayang-banyangi oleh E-Man yang telah menyelamatkannya, namun dia juga dibayangi oleh Mario.

“Ukhhh…, kenapa wajah Mario ikut membayangi pikiranku…”, gumamnya dengan resah. “E-Man…! Mario…! Keduanya berbeda…! E-Man! Ya, dia lebih baik”, sambungnya dalam hati dengan membandingkan E-Man dengan Mario.

Christine juga dibayangi oleh E-Man dan melihat wajah Mario. Dia juga membandingkan keduanya, namun dia ternyata lebih memilih Mario.

“Rose…, andai kau tahu bahwa akulah E-Man, kurasa dirimu akan tergila-gila padaku”, gumam Mario kesal. “Tapi aku tidak mau membongkar jati diri E-Man kepadamu. Aku tak mau dirimu menjadi korban kejahatan untuk mengalahkanku”, sambungnya dalam hati.

Mario sadar bahwa dirinya dipandang-pandangi terus oleh Christine. Mario jadi kikuk.

“Eee…, koq kamu memandangi aku terus…”, tanya Mario agak grogi.

“Aku suka, kenapa…”, jawabnya dengan membalas pertanyaan Mario sambil tersenyum.

“Hehehe, tidak apa-apa…! Jadi malu aja…”, jawab Mario malu-malu kucing.

“Aku suka E-Man, tapi aku lebih menyukaimu…”, tiba-tiba Christine mengungkap isi hatinya.

Ayahnya malah tersenyum-senyum mendengar ucapan Christine, sementara jantung Mario semakin berdetak keras, tapi dia belum bisa pastikan apakah ungkapan Christine itu benar atau tidak.

“Andai bang Mario adalah E-Man, aku akan semakin sangat suka kepada abang…”, sambung Christine, kali cukup menggetarkan hati Mario.

“Ukhh…”, hati Mario sedikit tersentak.

“Ehem-ehem….! Sudah sudah, ajak pamanmu supaya kita pulang…”, kata Ayah Christine pura-pura tidak tahu situasi yang dialami oleh Mario dan Putrinya.

“Kami pulang dulu, nak…”.

“Kami pulang, bang…”, sambung Christine.

“Iya, silahkan…”.

“Iya…! Aku adalah E-Man…”, ujar Mario dalam hati sambil melihat Christine dan ayahnya menemui paman Christine (adik istri ayahnya) dan masuk ke dalam mobil.

Waktu menunjukkan pukul 20.15 WIB, Mario sedang duduk sambil menim kopi di sebuah kedai di desa Hutagalung. Sambil minum kopi atau teh, para tamu yang ada ada warung serius menonton berita. Sementara Mario sedang melamun.

“Selamat malam! Kami akan menyampaikan berita terkini melalui layar kaca pemirsa yang ada di rumah. Sekitar pukul 10.00 WIB, tadi pagi, para geromboloan teroris atau organisasi yang bernama Rojan Gan’k telah membajak Diamond Tapanuli Hotel. Hal itu dibenarkan Kepala Polisi Kepala Kepolisian Wilayah Kota Tarutung, dan juga Bapak Walikota Tarutung. Komandan KOPASUS TNI-AD dan PIN juga ikut membenarkan peristiwa naas tersebut, yang saat itu beserta pasukannya segera mengamankan TKP. Para teroris menyandera direktur beserta anak buahnya dan juga para tamu yang ada di hotel. Pimpinan teroris sempat meminta tebusan sebanyak 100 miliyar rupiah. Situasi akhir terkendali setelah E-Man atau Electric-Man alias Manusia datang menyelamatkan para sandera dan merobohkan semua para teroris. Perincian korban, satu orang tewas tertembak yang bernama Letnan Parto anggota Polwil. Kota Tarutung, dua orang anggota polisi luka-luka ringan. Sedangkan dari pihak teroris, dua orang tewas yakni Rogan dan Janus, satu orang luka-luka berat yakni Jarot pimpinan teroris, dan beberapa anggota geng sedikit luka-luka berat. Semua itu dilakukan oleh E-Man, kecuali Janus yang ditembak oleh Bapak Kol. Yanto, Kepala Kepolisian Wilayah Kota Tarutung. Sementara para sandera baik-baik saja kecuali satu orang yang bernama Ricky, mendapat luka-luka ringan. Tidak diketahui secara pasti bagaimana para teroris bisa masuk, sebab pemangamanan di hotel sangat ketat. Namun direktur beserta karyawannya mengucapkan terima kasih sedalam-dalam kepada E-Man. Yang menjadi pertanyaan utama, siapakah E-Man? Kemungkinan anda yang sedang menonton berita ini. Kami belum dapat mengungkapkan siapa E-Man yang sebenarnya. Saya Meliyanti dari studio Tarutung TV, melaporkan. Sekian dan terima kasih!”

Para tamu warung terheran-heran dan membicarakan berita yang baru saja mereka tonton. Salah satu pun meminta sang pemilik warung untuk mengganti saluran, dan ternyata berita itu juga yang disiarkan dari saluran yang berbeda. Mereka tidak sadar E-Man ada di antara mereka.

“Rose…”, Mario teringat Roselina kembali. “Aku masih mencintaimu. Tapi Christine juga aku cintai…”.

“Oh tidak…! Aku mencintai dua wanita…”, dia sadar bahwa mencintai dua hati adalah salah. “Tidak, aku tidak akan memilih satu pun…”, ia membuat keputusan bulat.

Lahirnya The Cime Buster BAB 17

BAB 17

“Jangan ada yang bergerak. Kalau tidak akan kutembak wanita ini”, ancaman Jarot kepada mereka yang baru saja masuk, dan sedikit agak tergugah atas kehadiran sepupunya, sang komandan PIN.

“Mundur kalian semua…”, bentak Jarot dengan memegang lengan kanan Roselina sambil mencoba bergerak ke luar ruangan. Rogan pun ikut mengambil kesempatan sambil menodongkan senjata magazine ke arah mereka.


“E-Man…! Bangunlah…”, teriak Roselina menyadarkan E-Man dari pingsannya di saat dia ditarik Jarot melewati E-Man yang sedang tergeletak.

“E-Man…! Dia sudah mati. Hehehe…”, sambung Jarot sambil menginjak perut E-Man yang terluka bakar. “Hmmm, manusia yang satu ini koq tidak hancur tubuhnya kena bazooka, ya…”, gumamnya dalam hati dengan sedikit penasaran.

Ricky agak tergugah mendengar panggilan Roselina menyebut nama E-Man. Tampaknya dia cemburu.

Saat Jarot hendak memindahkan injakan kakinya dari tubuh E-Man, E-Man telah tersadar dan langsung menangkap kakinya, serta melemparkannya ke arah jendela. Pegangan Jarot pun terlepas dari lengan Roselina, dan pistolnya pun ikut terjatuh.

“Hiiaaat….!!!”

“Akhhh…!”

“Gubraak….!”

“Arggghhh…sakit…”, Jarot terlempar ke dinding dekat jendela dan pingsan serta tak sadarkan diri.

Melihat kejadian tersebut benar-benar tersentak kaget dan Rogan pun mencoba menembak E-Man, namun sungguh di luar dugaan.


“Hiaaat….”, E-Man langsung bangkit dengan melayang dan menendang ke arah Rogan.


“Dughh…!”

“Akhh…”, Rogan terlempar ke dan tubuh Roselina pun ikut tertarik tangan Rogan sehingga ke duanya terlempar bersamaan ke luar dari jendela.

Orang-orang yang dalam pun terkejut, termasuk E-Man dan Ricky. E-Man segera menolong keduanya.

Di saat Jarot terlempar, Janus sudah siuman dan dia mencoba menghalangi E-Man dan bersiap-siap menembak E-Man, namun Kolonel Yanto mengacungkan pistolnya untuk menghalangi tindakan Janus.

“Dor…dor…!”

“Akhh…”, Janus tertembak jatuh dan nyawanya pun melayang, serta kepalanya bersimbah darah akibat tembakan Janus, sedangkan yang lainnya terlambat menembak.

Komandan KOPASUS memerintahkan anak buahnya menangkap para anggota teroris dan sebagian mengeluarkan para sandera.

Sementara E-Man sudah ke luar dari jendela hotel dan berhasil menyelamatkan Roselina, sedangkan naas bagi Rogan. Dia tidak sempat diselamatkan sehingga jatuh begitu keras membentur ruas jalan dekat pintu masuk hotel.

“Gedebuk…!”

“Ahhkkkhh…”, tubuhnya remuk dan nyawanya pun hilang.

Para pasukan yang masih tersisa di luar hotel pun langsung mendekati mayat yang tergeletak, Christine dan yang orang-orang sipil dan pers pun tak mau ketinggalan. Mereka pun berlari ke arah mayat tersebut.

Salah satu anggota PIN membuka topeng atau kedok yang dipakai Rogan, dan para pers mengabadikan gambar wajah mayat tersebut. Sementara Christine terkejut setengah mati dan merasa tidak percaya setelah melihat wajah Rogan, yang ternyata adalah kekasihnya.

“Tidak…! Dia bukan Rogan…”, mata Christine berkaca-kaca seakan-akan tidak percaya, sama halnya dengan ayah Christine.

Di waktu yang sama E-Man malah membawa Roselina terbang ke langit sambil memeluk bagian belakangnya, dan melesat hingga melewati awan-awan. Roselina terkagum-kagum dan merasa bahagia karena E-Man membawanya terbang dalam pelukan E-Man. Ia ingin selamanya dalam pelukan E-Man.

“Terima kasih, E-Man…”, Ungkap Roselina dengan lembut. “Aku tidak bisa membalas kebaikanmu padamu…”, sambungnya.

E-Man berhenti di atas awan cumulus dan membalikan pelukannya sehingga wajah mereka berhadap-hadapan. E-Man alias Mario tidak berkedip memandang wajah Roselina yang cantik dan tersenyum.

“Ada apa, E-Man…”, tanya Roselina dengan membalas senyumannya.

“Tidak ada…”, jawabnya dengan memalingkan wajahnya, namun jantungnya berdetak tak beraturan.

“Maaf, E-Man. Aku tidak tahu apakah dirimu punya kekasih atau tidak. Tapi hanya ingin membalas kebaikanmu”, jelas Roselina sambil mencium bibir E-Man.

E-Man benar-benar kelabakan akan tindakan Roselina terhadapnya. Dia diam saja, sementara Roselina terus mengecup bibir E-Man dengan penuh nikmat.

“Wooooow, keren! Pahlawan super bercinta”, ternyata para penumpang pesawat Anduhur Arways melihat aksi mereka berdua dari kaca pesawat.

Pesawatnya tidak begitu jauh dari mereka, malah ada salah juru foto mengambil kamera Nikonnya yang berskala tinggi dan mengabadikan aksi tersebut.

Kericuhan yang ada di pesawat dan termasuk suara pesawat membuat E-Man tersadar. Para penumpang pesawat terkagum-kagum sambil melambaikan tangan ke arah mereka. E-Man tak membalas, sedangkan Roselina tak perduli. Malah ingin lebih lama lagi mencium bibir super hero yang satu ini.

E-Man merasa tak tenang, ia langsung turun ke bum sambil memeluk Roselina. Sebelum sampai ke darat orang-orang yang ada di sekitar lokasi hotel menyambut kehadiran mereka dengan tepuk tangan dan bersuit-suit.

“Horeee…! E-Man, hebat….!”

“Plok…plok…plok…!”

“Suiit…suiit…!”


Setelah E-Man mendarat dan melepaskan pelukannya, para wartawan atau pers langsung mendekati E-Man dan mengambil gambar atau video mereka berdua. Ada pula yang berusaha ingin mewancarai E-Man dan Roselina. Namun hal itu dihalangi oleh komandan KOPASUS dan PIN, serta walikota.

“Terima kasih, E-Man. Engkau telah menyelamatkan kami”, ucap direktur lebih dulu menyambut E-Man dengan menyalamnya.

“Sama-sama, pak…”, balasnya sambil menyambut salaman dari direktur hotel. Dan juga menyambut salaman dari walikota, Komandan KOPASUS, PIN dan Kolonel Yanto.

Ricky, dan teman-temannya senang melihat Roselina selamat dari maut, namun Ricky juga agak cemburu akan kehadiran E-Man dan dia sangat menyesalkan dirinya karena tak dapat menyelamatkan Roselina.

Tanpa sengaja Christine melihat Roselina dan E-Man, namun paling utama melihat Roselina yang berada di samping E-Man, sehingga membuat dirinya buyar dari kesedihannya.

“Rose…! Roselinaaa….”, Christine berteriak memanggil Roselina dari kejauhan sambil melambaikan tangannya, dan Roselina pun mendengarnya.

“Chris…! Christine…”, sambutnya dengan melambaikan tangan, dan berusaha keluar dari kerumunan para wartawan.

E-Man pun mengikutinya, dan para wartawan juga mengikuti mereka berdua sambil merekam dan mengambil foto. Sedangkan walikota, Komandan KOPASUS, PIN dan Yanto tidak ikut. Mereka akhirnya mengambil kesibukan lain untuk melihat para anggota geng yang sedang dimasukkan ke dalam mobil tahanan polisi.

“Christine…”, ucap E-Man setelah melihat Christine yang ternyata ia kenal.

“Kau mengenalku, E-Man…”, tanya Christine penasaran.

“Eh, kau mengenal Christeine”, sambung Roselina bertanya juga penasaran.

“E..e…, tidak..”, bantah E-Man nyaris gagap. “Aku tidak mengenal Christine. Aku tahu namanya setelah dirimu memanggil Christine tadi”, sambung E-Man dengan menjelaskan.

“Oh, kukira…”, penasaran Roselina hilang.

“Tak apa-apa…”, sambung Christine dengan tidak penasaran lagi.

E-Man pun merasa lega karena mereka berdua tidak lagi mempertanyakan. Dan memohon pamit untuk meninggalkan lokasi.

“Maaf, saya pergi dulu, ya…”, tanpa basa-basi E-Man langsung terbang bagaikan kilat.

“Whusss…!”

“Eh! Tunggu…”, mereka tak dapat menahan kepergian E-Man.

Ternyata E-Man tidak pergi jauh, hanya berubah menjadi manusia biasa. Dia hanya mencari tempat yang tak dapat dilihat semua orang agar bisa mengganti pakaiannya.